• January 5, 2025
  • Yunus
  • 0

Ternyata memang enggak mudah mengurusi komunitas, apalagi kalau fanbase. Ada-ada saja permintaannya, dan akan “celaka” kalau kita enggak merespons.

Tak heran kalau jadi manajer komunitas atau siapa pun yang terlibat dalam community management, seperti punya beban tersendiri, terutama yang sering kali handle krisis.

Curhat sebagian besar manajer komunitas terungkap dalam Community Drama Wrapped 2024, yang diselenggarakan Komune Komunal di Wellspace Kemang, Jakarta (18/12).

Curhatan itu mengalir begitu saja dari para manajer komunitas, dalam sebuah diskusi santai menjelang malam yang adalah kumpul komunitas pertama.

Alih-alih sekadar memperkenalkan diri, hampir semua manajer komunitas tak menyia-nyiakan kesempatan untuk curhat. Mereka mengeluarkan uneg-uneg, berbagi pengalaman, hingga meminta advice ke sesama pengurus komunitas yang hadir malam itu. Pertemuan ini juga menjadi ajang berbagi peluang dan memenuhi kebutuhan, karena peserta memang berkecimpung dalam dunia komunitas.

Dari semua kawan yang hadir, di antaranya ada Gita (External Communication Cakap), Indri yang terlibat dalam komunitas kajian keagamaan, Anna (Magnifique Indonesia), dan Neiza Bijeh (Banda Collection).

Sambil menikmati semangkuk Bakmi 3 Sedulur dan segelas Kupi MaRuti, peserta diskusi begitu antusias bercerita mengenai pengalamannya mengurus komunitas, baik itu pengalaman suka maupun duka buat mereka.

Anna cerita, awalnya perempuan berhijab itu tampak begitu loyal dengan komunitas yang dia handle di kantornya. Mau jam berapa pun dikontak, Anna mengaku sigap merespons. Tapi lama-lama dia merasa jengah juga, privacy mulai terganggu. sbobet88

“Awal-awal aku memang seloyal itu dengan kantor (yang menugaskan dirinya mengurusi komunitas, red.). Kalau ada telepon dari komunitas jam setengah duabelas malam pun aku jawab. Tapi lama-lama, kok rasanya aku bisa enggak punya pacar, enggak boleh kayak gini,” cerita Anna serius.

Anna mulai membatasi aksinya merespons anggota komunitas, dia merasa harus mulai membatasi diri. Bukan bermaksud jahat, tapi semata untuk kebaikan dirinya sendiri. Dia harus bisa meluangkan waktunya untuk kepentingan pribadi, memanjakan diri setelah hampir sepekan tergerus tugas. Istilahnya ya mesti punya me time gitu.

“Aku mulai berpikir untuk membatasi diri. Enggak semua chat  dari komunitas dibalas. Bodo amat, harus digituin memang. Pokoknya mulai memanusiakan diri saat libur. Jadi Sabtu-Minggu skip dulu,” tukas perempuan berkacamata itu tersenyum.

Batasi Diri Saat Krisis

Tentry Yudvi, founder Komune Komunal yang nge-lead diskusi Community Drama Wrapped 2024 malam itu sependapat dengan Anna. Membatasi diri peran sebagai manajer komunitas itu penting, bahkan tanpa disadari, banyak di antara kita yang sudah melakukannya. Misalnya dengan menutup kolom komentar di media sosial pada jam-jam tertentu, atau menuliskan jam kerja di bio agar bisa diketahui semua follower.

“Tapi masalahnya, masih banyak orang Indonesia yang males baca ya,” cerita Tentry tentang orang-orang yang enggak peduli dengan batasan, yang tetap menghubungi manajer komunitas sesuka hati, termasuk di hari libur dan di luar jam kerja.

“Mereka tuh mungkin enggak ngerti ya, bahwa kalau di office itu ada aturannya. Menurut mereka gini, kalau gue butuh ya lo harus jawab, karena lo admin. Mereka enggak tahu, bahwa di balik admin itu ada community manager, admin yang benar-benar admin, bahkan ada orang marketing juga yang ingin mencari insight dari tugas yang dilakukan manajer komunitas,” lanjut Tentry.

Parahnya lagi, jika enggak direspons, anggota komunitas suka kelewat batas, apalagi jika memang ada masalah yang merugikan mereka. Tanpa permisi, mereka bisa membombardir manajer komunitas dari segala arah, marah-marah, hingga melakukan bully yang menyerang personal.

Lalu, apakah kita akan bergeming saat krisis itu terjadi hingga berpengaruh pada kehidupan personal? Menurut Tentry, kita harus tetap punya batasan, harus bisa menunjukkan kalau kita lead-nya. “Lakukan saja seperti itu, in a positive way ya. Bisa karena biasa, lama-lama orang akan ngerti.”

Menjaga Hubungan dengan Anggota Komunitas

Memang ketika krisis terjadi, urusan menjaga hubungan dengan para anggota komunitas bukan hal sepele. Dibutuhkan cara yang tepat untuk meng-handle, apalagi jika berhubungan dengan komunitas yang cukup fanatik. 

“Kalau diserang fanbase itu memang serba salah, didiemin makin ramai, kalau dijawab-jawabin juga begitu. Akhirnya aku memilih meluruskan persoalan itu melalui telepon agar lebih jelas, bukan melalui teks,” kata Anna tersenyum.

Hal hampir sama juga dilakukan Andhika, peserta diskusi sekaligus salah satu owner Bakmi 3 Sedulur, yang sudah cukup berpengalaman di dunia marketing dan komunitas. “Kalau gue pakai skala prioritas saja, misalnya dengan melihat budget (dari klien). Kalau budget-nya besar, mau telepon atau chat jam 3 pagi juga gue jabanin. Tapi ini cara yang dilakukan secara pribadi ya, berdasarkan pengalaman yang gue lewati selama ini,” ceritanya.

Bagi Andhika, menjaga hubungan dengan komunitas itu penting, apalagi kalau sudah menyangkut klien, sehingga treatment terhadap komunitas memang berbeda-beda. Seperti juga yang dilakukan Gita saat meng-handle komunitas yang terkait dengan perusahaannya.

“Kalau ada krisis, aku biasanya mengatur waktu bertemu langsung untuk menyelesaikan masalahnya,” kata Gita.

Sementara Bunga Ismarini yang saat ini bekerja di salah satu agency, mengaku lebih suka menyelesaikan krisis yang terjadi di komunitas sesegera mungkin, agar enggak mengganggu pekerjaan lain. 

“Aku pas handle community itu, boleh dibilang trauma, deh. Kalau bisa, masalahnya selesai saat itu juga, jangan di-pending, mengingat pekerjaan lain yang harus di-handle juga. Makanya kalau disuruh milih, ya aku memilih resign,” tawa Bunga, setengah bercanda.

Bagaimanapun, komunitas memiliki peran yang cukup berpengaruh dalam marketing, seperti diakui Nezia Bijeh, pemilik brand fashion Banda Collection. “Aku butuh komunitas, karena akan memudahkan proses marketing dari produk yang akan aku pasarkan,” kata Bijeh, sapaan akrabnya, terus terang.

Bijeh cerita, bahwa dia memasarkan produk dengan cara soft selling. Cara itu akan efektif jika dilakukan kepada komunitas yang berhubungan dengan produknya, dia tak perlu berkali-kali menjelaskan secara gamblang soal latar belakang produk.

“Capek juga kan kalau kita berulang-ulang menceritakan detail produk dan latar belakangnya pada setiap orang, padahal kalau produk itu ditunjukkan pada komunitas yang memiliki ‘dunia’ yang sama, pasti langsung ngerti,” cerita Bijeh.

Semakin malam, diskusi pertama Community Drama Wrapped 2024 yang digagas Komune Komunal untuk para manajer komunitas semakin hangat. Saling menimpali, berbagi pengalaman, hingga bercerita sambil sesekali tertawa lepas membuat suasana ngobrol-ngobrol di ruangan tersebut jadi lebih seru. 

Pentingnya Manajer Komunitas Punya Komunitas Sendiri

Manajer komunitas saling tukar info dan peluang di Community Drama Wrapped 2024 by Komune Komunal.

FYI, Community Drama Wrapped 2024 merupakan acara kumpul pertama Komune Komunal, sebuah komunitas untuk para community manager sekaligus wadah jejaring untuk mereka yang terlibat dalam community management. 

Mewakili Komune Komunal, Indira Saraswaty, menjelaskan bahwa saat ini komunitas semakin jadi alat pemasaran yang kuat. Untuk memenuhi semua permintaan dan kebutuhan, pengetahuan dan skill yang baik soal mengelola komunitas jadi penting. 

Ini terbukti dari secuplik cerita Indri dan komunitas kajian keagamaannya. Tanpa diminta, kegiatan mereka menerima support dari salah satu brand kosmetik lokal ternama. 

“Komune Komunal pengin jadi support system buat kita semua yang berkecimpung di dunia community management. Selain saling berbagi cerita agar bisa mengelola komunitas jadi lebih efektif dan berdampak, jadi penting juga buat kita saling berjejaring dengan para business owners atau decision makers, agar kita bisa saling membangun dan mencapai mimpi bersama,” jelasnya.

Untuk mewujudkan itu semua, unek-unek ‘drama’ yang menghambat jelas harus dikeluarkan dan dibahas bersama, apalagi ini jadi momen bagus menuju tahun yang baru. 

Manajer komunitas malam itu sepakat, tanpa harus mengorbankan diri, menjaga hubungan baik dengan para anggotanya merupakan tantangan sekaligus peluang yang baik. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *